13/12/11

Kisah Sedih | Berjalan Bersama



Kulitputihnya semakin bersinar dalam bebatan gaun pengantin putih gadingnya.Gaun dengan potongan yang sederhana itu justru terlihat mewahditubuhnya. Bahan silk dipadu brokat yang tidak terlalu ramai, dengansedikit berpayet, tetap berkilau indah dimataku.

Belum lagi wajah manisnya yang dipoles bedak dan blush on warna cream, eye shadow yang tidak terlalu kontras dan polesan warna peachdibibir indahnya. Terlihat sangat sempurna, bagi mataku, dan akuberharap demikian juga bagi siapa saja yang nantinya akan melihatnya.

Ah, rasanya aku sudah tidak sabar lagi menanti saat itu tiba, yangsebetulnya hanya tinggal hitungan menit saja. Saat dia akan berjalandengan anggunnya, menuju altar kebahagian. Tempat berikrar janjisehidup semati yang pastinya saat ini telah diperindah dipenuhi denganrangkaian mawar putih dan baby breath.

Dan kemudian, ketika momen-momen itu mengalir, sampai pada satuprosesi, dimana mempelai pria akan memberikan kecupan pertamanya padamempelai wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu… ah .. mengapatiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa? Bukankah tadi aku begitumenanti-nantikannya? Menyaksikan kebahagiaan terpancar dari binarcantik matanya adalah impian terbesarku..

Bibirku bergetar. Bagaimana bisa aku mengabaikan semua perasaanku ini?Hatiku sedikit menjerit, pertanda aku belum bisa berdamai dengankenyataan. Mungkin hanya perlu keikhlasan yang lebih dari sekedar inginmembahagiakan dirinya. Aku mencintainya. Aku mencintainya dan inginmembahagiakannya.

Waktunya sudah tiba, sosok anggunnya melangkah menuju altar didampingi sang ayah.

Today, I will walk with my hands in God….

Today, I will trust in Him and not be afraid…

Sayup-sayup kudengar lagu pengiring itu. Seketika kehangatan menjalarisendir-sendiku, hatiku diliputi rasa damai. Rasa yang kemudian membuathatiku yang kecil ini serasa menjadi ringan dan lapang. Sebegitulapangya sehingga membuat diriku terasa bebas merdeka. Sedemikianringannya serasa diri ini siap terbang lepas. Senyumku memancar begitutulus, aku merelakannya, aku merelakannya, memasuki gerbang cinta ini,bersamanya, pria berjas hitam itu, yang sejak tadi sudah menantikanmudengan tidak sabar.

Selamat tinggal cintaku. Aku tak memerlukan lagi cintamu, karenacintaNya telah memanggilku. Sekarang aku siap berjalan bersamaNya,berpegangan pada tanganNya yang kokoh. Doakan kedamaian untukku.

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERKOMENTAR
Komentar anda Sangat Berarti Bagi
http://hujanpuisi.blogspot.com