Sebuah kisah berawal darikebersamaan kami mengarungi hidup ini, sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak.Kami selalu menghabiskan waktu kami bersama dengan bermain di taman yangterdapat di komplek perumahan. Tidak ada sedikitpun waktu yang tak kamihabiskan bersama. Kebersamaan kami tercipta karena kedua orangtua kamibersahabat sejak jaman SMA. Dan sekarang kami telah tumbuh dewasa, lulus dariSMA dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
“Syafira ........ ,” teriak mama yang membangunkanku dari tidur yangterselimuti mimpi-mimpi indah. Syafira, ya itu tentu nama aku. Kakek yangmemberikan nama itu untukku, Syafira Namira Alatas. Tanpa aku menjawab panggilanmama, aku bergegas bangun dan mandi. Sudah kebiasaan pagiku seperti ini.
“Pagi Ma, Pa,” sapaku setelah turun dari istana kamarku.
“Kamu tidak pergi mencari universitas untuk kamu melanjutkan pendidikan ,Ra ?” Tanya mama kepadaku .
Dengan nada santai aku menjawab , “gimana ya Ma , tahun depan saja ya ?”
“Lohh , kenapa kamu tanya sama mama ? Kan kamu yang ingin menjalaninya . Apakamu tidak ada keinginan melanjutkan ? Ya kalau bisa di luar negeri sepertiGantara ,” balas mama . Gantara Prawija , dialah sahabatku sejak TamanKanak-kanak , anak dari sahabat kedua orangtuaku .
Dengan tertawa aku menjawab , “hahaha , haduhh Mama , Gantara juga gag ambilbeasiswa yang didapatnya .”
Tanpa diundang untuk ikut berbicara , kak Lintang sambil memegang kepalaku membalas, “sok tahu kamu , kamu tahu dari mana ?”
Kak Lintang , kaka lelakiku yang sangat sayang padaku .
“Ya aku tahu dari orangnya langsunglah kak , masa tahu dari pembantu rumahnya,”sambarku dengan cepat .
“Benar-benar sok tahu ini anak , makanya tanya lagi sama anaknya yang pasti .Orang kemaren anaknya ngomong sendiri mau ambil beasiswa itu,” tambah kakLintang . Dengan nada rendah dan sedikit kecewa aku bertanya ,
“kakak serius Gantara yang bilang sendiri ?”
“Iya kucing manis .....,” jawab kak Lintang . Tanpa banyak bicara aku bergegaskembali ke kamar dengan rasa kecewa .
“Kenapa tuh anak Ma ?” tanya kak Lintang . Mama hanya bisa menjawab denganmenaikkan kedua bahunya karena tidak tahu .
Sore yang indah , ditemanani udara yang sejuk , matahari sore yang menyapa danhijaunya rerumputan . Perasaan kecewaku terhadap Gantara masih menyelimutihatiku . Tanpa rasa bersalah dia mengajakku ke taman sore ini . “Kemarinseharian kemana , Ra ?” Tanya Gantara dengan memandangi wajahku . Aku yang takingin menatap wajahnya berusaha untuk menjawab, “di rumah aja ko , mau main gagenak badan , lagi pula kata kak Lintang juga kamu keluar kan dari pagi.”“Maafkan aku Ra , jika kamu sekarang merasa aku sudah mengecewakan kamu . Tapiaku tidak bermaksud seperti itu , ingin aku mengatakannya kepadamu hari ini ,tapi aku yakin kamu sudah tahu apa yang ingin aku katakan kepadamu,” jelasGantara dengan rasa bersalahnya . “Apa sudah kamu urus semuanya ? Kapanberangkatnya ?” Tanyaku dengan sedikit berlinang airmata . Kedua tangannya yangdingin memegang erat bahuku dan dia hadapkan aku pada wajahnya dan menjawab , “tak perlu kau tangisi aku Ra , sekian lamanya kita bersama , aku tak inginmelihat airmatamu jatuh hanya untuk kepergianku . Selama ini , aku pergipun takmengapa untukmu Ra .” “Selama ini kamu pergi ke luar kota Gan dan itu pun hanyahitungan hari , tapi ini kamu pergi untuk hitungan waktu bertahun-tahun danbukan ke luar kota melainkan ke luar negeri ,” balasku dengan nada tinggi . Akubangkit dari tempat dudukku dan segera meninggalkan Gantara di taman seorangdiri . Aku masih tidak mengerti dengan keputusannya , tiba-tiba dan tidakmemikirkan perasaanku dan perkataan dia saat melanngkahkan kaki keluar gerbangsekolah selepas kelulusan . “Aku tidak akan meninggalkan kamu sendiri Ra,” kataGantara dengan memegang erat tanganku .
Sudah 2 hari aku tidak berkomunikasi dengan Gantara , setiap dia sms ataupunmenelpon , aku tidak memberikan jawaban . Memang hubungan yang kami jalanihanya sebatas persahabatan , tapi aku merasa ada yang hilang dari hidupku jikadia pergi meninggalkanku . Dulu teman-temanku sering bilang , kalau kami cocokmenjadi sepasang kekasih . Namun , tak sedikit terlintas perasaan inginmemiliki Gantara lebih dari seorang sahabat . Ayu , sahabatku dan Gantarasemasa SMA , selalu memberikan masukkan kepadaku 2 hari ini . Sayangnya , hanyamemalui ponsel kami berkomunikasi , itu dikarenakan Ayu sudah berangkat kekampung halamannya di Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana . “ Lagi juga guaheran sama lo Ra , Gantara kan pergi buat kuliah kenapa jadi lo yang senewen?”Tanya Ayu dari kejauhan sana . Aku menangis dan menjawab , “ gua juga gag tahuYu , gua gag rela aja pokoknya , ditambah dia gag bilang sama gua kalau dia mauambil beasiswa ke Australia itu , karena kan sebelumnya dia pernah bilang gagakan ambil .” Ayu menenangkanku dan berkata , “ya sudah , semua ini sudahpilihan terbaik menurut dia , sekarang yang lo bisa lakuin sebagai sahabatnyahanya mendukung apapun yang menjadi keputusan terbaik dia . Mending sekarang locoba ikut ujian seleksi masuk universitas negeri , mumpung masih ada kesempatanRa.” Dengan nada rendah aku menjawab , “ gag tahulah Yu , gua bingung , gua gagtahu harus gimana sekarang . Ya sudah , makasih ya udah dengerin curhat gua ,walaupun lo jauh di Aceh.” “Iya Syafira , kapanpun lo mau curhat , gua selaluada buat lo , karena gua masih sahabat lo sampai kapanpun . Udah ya sayang ,jangan nangis lagi,” balas Ayu . Perasaanku sedikit tenang , seiring Ayumenutup telponku , memang dari dulu kata-kata Ayu yang hanya bisa membuatsegala persaanku yang galau menjadi tenang .
Hari ini , dimana Gantara akan pergi meninggalkanku , tak ada sedikit inginkuuntuk mengantar kepergiannya . Aku ingin dia pergi tanpa melihat airmatakujatuh di hadapannya . “Gag ikut Ra?” Tanya kak Lintang . Dengan bemalas-malasandi kasur aku menjawab , “ kakak kalau mau pergi , pergi aja kak , aku di rumahsendiri juga gag apa-apa.” “Apa alasannya ?” Tanya kak Lintang lagi . “Gag adaalasan apa-apa kak , udah akh aku mau tidur lagi , badan aku gag enak,” jawabkulagi sambil menutup wajahku dengan selimut . “Kakak Cuma mau bilang sama kamuRa , Syafira Namira Alatas yang kakak kenal gag pernah menyesali apa yang sudahmenjadi keputusannya . Kakak harap kamu gag menyesal nantinya dan sabarmenunggu sahabatmu kembali 4 sampai 5 tahun ke depan,” tambah kak Lintang .Kata-kata kak Lintang membuatku terdiam sejenak tanpa kata-kata , sampai mobilyang kak Lintang kendarai terdengar membangunkan lamunanku . “Ngapain juga akuterpengaruh sama kata-katanya kak Lintang , aku tetap gag mau pergi,” gerutukudalam hati .
Kini Gantara telah pergi melanjutkan kuliahnya di Australia, aku di sini hanyabisa menyesali dan tak tahu harus berbuat apa. Benar apa kata kak Lintang, hanyapenyesalan yang ada di hidupku sekarang. Aku pun tak mengerti dengan semuapersaanku yang ada saat ini, aku sayang Gantara sebatas sahabat atau lebih.Tapi itu tak menjadi halangan dalam aku menjalankan hidupku ini. Dan sekarangaku pun akhirnya melanjutkan kuliah, ya walaupun bukan di universitas negeri.Gantara di Australia, Ayu di Aceh dan aku di sini, di jakarta .
“Syafira ........ ,” teriak mama yang membangunkanku dari tidur yangterselimuti mimpi-mimpi indah. Syafira, ya itu tentu nama aku. Kakek yangmemberikan nama itu untukku, Syafira Namira Alatas. Tanpa aku menjawab panggilanmama, aku bergegas bangun dan mandi. Sudah kebiasaan pagiku seperti ini.
“Pagi Ma, Pa,” sapaku setelah turun dari istana kamarku.
“Kamu tidak pergi mencari universitas untuk kamu melanjutkan pendidikan ,Ra ?” Tanya mama kepadaku .
Dengan nada santai aku menjawab , “gimana ya Ma , tahun depan saja ya ?”
“Lohh , kenapa kamu tanya sama mama ? Kan kamu yang ingin menjalaninya . Apakamu tidak ada keinginan melanjutkan ? Ya kalau bisa di luar negeri sepertiGantara ,” balas mama . Gantara Prawija , dialah sahabatku sejak TamanKanak-kanak , anak dari sahabat kedua orangtuaku .
Dengan tertawa aku menjawab , “hahaha , haduhh Mama , Gantara juga gag ambilbeasiswa yang didapatnya .”
Tanpa diundang untuk ikut berbicara , kak Lintang sambil memegang kepalaku membalas, “sok tahu kamu , kamu tahu dari mana ?”
Kak Lintang , kaka lelakiku yang sangat sayang padaku .
“Ya aku tahu dari orangnya langsunglah kak , masa tahu dari pembantu rumahnya,”sambarku dengan cepat .
“Benar-benar sok tahu ini anak , makanya tanya lagi sama anaknya yang pasti .Orang kemaren anaknya ngomong sendiri mau ambil beasiswa itu,” tambah kakLintang . Dengan nada rendah dan sedikit kecewa aku bertanya ,
“kakak serius Gantara yang bilang sendiri ?”
“Iya kucing manis .....,” jawab kak Lintang . Tanpa banyak bicara aku bergegaskembali ke kamar dengan rasa kecewa .
“Kenapa tuh anak Ma ?” tanya kak Lintang . Mama hanya bisa menjawab denganmenaikkan kedua bahunya karena tidak tahu .
Sore yang indah , ditemanani udara yang sejuk , matahari sore yang menyapa danhijaunya rerumputan . Perasaan kecewaku terhadap Gantara masih menyelimutihatiku . Tanpa rasa bersalah dia mengajakku ke taman sore ini . “Kemarinseharian kemana , Ra ?” Tanya Gantara dengan memandangi wajahku . Aku yang takingin menatap wajahnya berusaha untuk menjawab, “di rumah aja ko , mau main gagenak badan , lagi pula kata kak Lintang juga kamu keluar kan dari pagi.”“Maafkan aku Ra , jika kamu sekarang merasa aku sudah mengecewakan kamu . Tapiaku tidak bermaksud seperti itu , ingin aku mengatakannya kepadamu hari ini ,tapi aku yakin kamu sudah tahu apa yang ingin aku katakan kepadamu,” jelasGantara dengan rasa bersalahnya . “Apa sudah kamu urus semuanya ? Kapanberangkatnya ?” Tanyaku dengan sedikit berlinang airmata . Kedua tangannya yangdingin memegang erat bahuku dan dia hadapkan aku pada wajahnya dan menjawab , “tak perlu kau tangisi aku Ra , sekian lamanya kita bersama , aku tak inginmelihat airmatamu jatuh hanya untuk kepergianku . Selama ini , aku pergipun takmengapa untukmu Ra .” “Selama ini kamu pergi ke luar kota Gan dan itu pun hanyahitungan hari , tapi ini kamu pergi untuk hitungan waktu bertahun-tahun danbukan ke luar kota melainkan ke luar negeri ,” balasku dengan nada tinggi . Akubangkit dari tempat dudukku dan segera meninggalkan Gantara di taman seorangdiri . Aku masih tidak mengerti dengan keputusannya , tiba-tiba dan tidakmemikirkan perasaanku dan perkataan dia saat melanngkahkan kaki keluar gerbangsekolah selepas kelulusan . “Aku tidak akan meninggalkan kamu sendiri Ra,” kataGantara dengan memegang erat tanganku .
Sudah 2 hari aku tidak berkomunikasi dengan Gantara , setiap dia sms ataupunmenelpon , aku tidak memberikan jawaban . Memang hubungan yang kami jalanihanya sebatas persahabatan , tapi aku merasa ada yang hilang dari hidupku jikadia pergi meninggalkanku . Dulu teman-temanku sering bilang , kalau kami cocokmenjadi sepasang kekasih . Namun , tak sedikit terlintas perasaan inginmemiliki Gantara lebih dari seorang sahabat . Ayu , sahabatku dan Gantarasemasa SMA , selalu memberikan masukkan kepadaku 2 hari ini . Sayangnya , hanyamemalui ponsel kami berkomunikasi , itu dikarenakan Ayu sudah berangkat kekampung halamannya di Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana . “ Lagi juga guaheran sama lo Ra , Gantara kan pergi buat kuliah kenapa jadi lo yang senewen?”Tanya Ayu dari kejauhan sana . Aku menangis dan menjawab , “ gua juga gag tahuYu , gua gag rela aja pokoknya , ditambah dia gag bilang sama gua kalau dia mauambil beasiswa ke Australia itu , karena kan sebelumnya dia pernah bilang gagakan ambil .” Ayu menenangkanku dan berkata , “ya sudah , semua ini sudahpilihan terbaik menurut dia , sekarang yang lo bisa lakuin sebagai sahabatnyahanya mendukung apapun yang menjadi keputusan terbaik dia . Mending sekarang locoba ikut ujian seleksi masuk universitas negeri , mumpung masih ada kesempatanRa.” Dengan nada rendah aku menjawab , “ gag tahulah Yu , gua bingung , gua gagtahu harus gimana sekarang . Ya sudah , makasih ya udah dengerin curhat gua ,walaupun lo jauh di Aceh.” “Iya Syafira , kapanpun lo mau curhat , gua selaluada buat lo , karena gua masih sahabat lo sampai kapanpun . Udah ya sayang ,jangan nangis lagi,” balas Ayu . Perasaanku sedikit tenang , seiring Ayumenutup telponku , memang dari dulu kata-kata Ayu yang hanya bisa membuatsegala persaanku yang galau menjadi tenang .
Hari ini , dimana Gantara akan pergi meninggalkanku , tak ada sedikit inginkuuntuk mengantar kepergiannya . Aku ingin dia pergi tanpa melihat airmatakujatuh di hadapannya . “Gag ikut Ra?” Tanya kak Lintang . Dengan bemalas-malasandi kasur aku menjawab , “ kakak kalau mau pergi , pergi aja kak , aku di rumahsendiri juga gag apa-apa.” “Apa alasannya ?” Tanya kak Lintang lagi . “Gag adaalasan apa-apa kak , udah akh aku mau tidur lagi , badan aku gag enak,” jawabkulagi sambil menutup wajahku dengan selimut . “Kakak Cuma mau bilang sama kamuRa , Syafira Namira Alatas yang kakak kenal gag pernah menyesali apa yang sudahmenjadi keputusannya . Kakak harap kamu gag menyesal nantinya dan sabarmenunggu sahabatmu kembali 4 sampai 5 tahun ke depan,” tambah kak Lintang .Kata-kata kak Lintang membuatku terdiam sejenak tanpa kata-kata , sampai mobilyang kak Lintang kendarai terdengar membangunkan lamunanku . “Ngapain juga akuterpengaruh sama kata-katanya kak Lintang , aku tetap gag mau pergi,” gerutukudalam hati .
Kini Gantara telah pergi melanjutkan kuliahnya di Australia, aku di sini hanyabisa menyesali dan tak tahu harus berbuat apa. Benar apa kata kak Lintang, hanyapenyesalan yang ada di hidupku sekarang. Aku pun tak mengerti dengan semuapersaanku yang ada saat ini, aku sayang Gantara sebatas sahabat atau lebih.Tapi itu tak menjadi halangan dalam aku menjalankan hidupku ini. Dan sekarangaku pun akhirnya melanjutkan kuliah, ya walaupun bukan di universitas negeri.Gantara di Australia, Ayu di Aceh dan aku di sini, di jakarta .



0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERKOMENTAR
Komentar anda Sangat Berarti Bagi
http://hujanpuisi.blogspot.com